Ramadhan sebagai momentum keagamaan tidak hanya sekedar dipandang dari segi ritual dan penghayatan keyakinan secara khusus bagi umat Islam, tapi juga secara sosial dan ekonomi menciptakan ‘pasar’ (market) yang inklusif bagi seluruh masyarakat (tidak hanya umat Islam).
Pemenuhan konsumsi selama Ramadhan, kebutuhan pakaian dan asesoris menjelang lebaran, ketersediaan transportasi untuk mudik di Hari Raya Idul Fitri, bahkan tambahan kembang api dan amplop ‘angpao’ sebagai bagian budaya masyarakat menjadikan momentum Ramadhan dan perayaan Idul Fitri sesungguhnya sudah turut dimiliki dan menjadi bagian kehidupan bersama seluruh masyarakat di Indonesia. Bulan suci Ramadhan, dan kegembiraan dalam merayakan Hari Kemenangan Idul Fitri secara sosial sudah menjadi jati diri bangsa dengan partisipasi yang secara ‘genuine’ terbentuk alamiah tanpa rekayasa dan mengada-ada yang turut memupuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Praktik Ritual Keagamaan Di Ruang Publik
Dari berbagai informasi semaraknya Ramadhan kita setidaknya mencatat beberapa peristiwa monumental di berbagai belahan dunia. Diantara yang patut dicatat pelaksanaan terawih pertama kali di Great Mosque Hagia Sophia (Turki) sejak pengembalian fungsinya sebagai masjid setelah sebelumnya dijadikan gedung museum nasional.
Penyelenggaraan sholat Terawih berjamaah dan pembagian Ifthor untuk membatalkan puasa di Times Square, New York (Amerika Serikat), dan ifthor berjamaah yang menandai pembatalan puasa di Trafalgar Suare, London (Inggris) dan banyak wilayah lain juga melakukan kegiatan dalam menyambut Ramadhan dengan gaya dan ciri khas budaya daerah masing-masing.
Bentuk interaksi sosial baik internal umat Islam maupun dengan kelompok non-Muslim baik yang turut terlibat berpartisipasi aktif maupun sebatas menyaksikan diharapkan akan mengurangi bahkan jika bisa menghilangkan kesalahpahaman akan ajaran Islam dan Muslim yang menguat dengan isu Islamophobia (sikap ketakutan berlebihan dan pandangan yang berdasarkan prasangka atas Islam dan Muslim karena diciptakan media atas sudut pandang yang tidak adil dan tidak seimbang).