Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapakah orang muslim yang paling baik?”
Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”
(HR.Muslim)
Hal yang sama juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.”
(HR. Bukhari.)
Perkara menjaga lisan dan tangan di era media sosial menjadi hal yang perlu kita perhatikan. Sudah banyak contoh orang-orang yang kepleset lidah dan tangannya pada akhirnya harus berperkara dan bahkan dibui.
Media sosial memang mampu mengalihkan perhatian kita. Yang tadinya kita hanya ingin fokus pada pencapaian diri sendiri saja, media sosial mampu mengalihkan perhatian dan membuat kita sibuk dengan hal receh dan persoalan yang bukan milik kita. Akhirnya kita kehilangan fokus dan segala rencana kita bisa molor waktu penyelesaiannya.
Media sosial juga menjadi pusat distribusi rumor, ghibah dan fitnah. Padahal Islam jelas-jelas melarang ketiga perbuatan itu. Bukankan Islam melarang kita untuk berkata buruk tentang orang lain.
Aisyah pernah ditegur oleh Nabi Muhammad SAW karena membicarakan keburukan atau kekurangan yang terdapat pada orang lain, dalam hal ini Shafiyah, istri Rasulullah yang lain. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud dan at Tirmidzi.
Dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah mengatakankepada Rasulullah SAW, ‘Cukup bagimu ihwal kekurangan Shafiyyah yang ini dan itu (sebagian perawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan Aisyah adalah soal tinggi badan Shafiyah yabg pendek). Lalu Rasulullah menegurku, ‘Kau telah melontarkan sebuah kalimat yang luar biasa, yang bila dilemparkan ke laut, niscaya ia akan bercampur (mengubah rasa air) laut tersebur.’
Rumor yang menyebar via media sosial mampu menggiring orang untuk berprasangka buruk terhadap orang yang tertimpa rumor dan fitnah. Banyak akun penyebar berita tidak benar yang perlu kita hindari. Akun-akun semacam ini memang digandrungi karena memberitakan kehidupan selebritis dan tokoh publik lainnya.
Duh, mengikuti berita dari akun-akun gosip begini bikin hati dan pikiran kita menjadi kotor. Segera bertaubat deh jika tiba-tiba berita gosip lewat di beranda saat kita sedang scrolling media sosial. Khawatir ikutan sebal, kesal dan benci. Ingat saja kalau Allah melarang kita berprasangka buruk pada orang lain.
Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat (49):12).
Media sosial tidak jarang menjadi tempat perang bagi orang-orang yang berselisih. Menyebarkan aib orang lain di media sosial tidak membuat segala persoalan menjadi baik. Yang terjadi kemudian, saling berbalas pantun membongkar keburukan pihak lain. Naudzubillah min dzalik.
Mudahnya menggunakan akun-akun bodong atau fake untuk menyerang orang lain alias buzzer juga tidak bisa dibendung. Pekerjaan merekamemecah belah dan mengadu domba orang. Padahal bisa jadi masyarakat luas tidak mengetahui identitas asli mereka, namun Allah Maha Mengetahui isi hati manusia.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua malaikat pencatat amal perbuatannya, satu malaikat duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang diucapkan melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf (50):16-18).
Berhati-hati menggunakan media sosial, baik itu membuat konten atau mengomentari postingan orang lain adalah bagian dari akhlak kita sebagai seorang muslim. Ini bagian dari usaha kita menjadi muslim yang baik yang mampu menjaga saudara kita dari lisan dan tangan kita.
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Ahzab (33):58).
Berhati-hati bermedia sosial berkaitan erat dengan hadits di awal tulisan ini;
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapakah orang muslim yang paling baik?”
Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Muslim)
Ibnu Hajar Al Asqalani, seorang ahli hadits dari mazhab Syafi’i yang terkemuka, menjelaskan hadits tersebut. Menurut beliau hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara yang telah lalu, yang sedang terjadisekarang, dan juga yang akan terjadi di saat mendatang.
“Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Meski begitu, tangan bisa memiliki pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Pengaruh tulisan tidak kalah hebatnya dengan pengaruh lisan,” jelas Al Asqalani.
Tulisan dan komentar kita di media sosial akan abadi dan menjadi rekam jejak digital kita (berlaku hal yang sama dengan unggahan berupa video). Alangkah baiknya jika kita menjaga jangan sampai kita menyakiti orang lain dengan tulisan kita, seperti sebuah syair;
Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya,
Tanganku kan lenyap, namun tulisan tanganku kan abadi
Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal
Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan