Bermedia.id – Puasa di bulan ramadan memiliki kelebihan yang tidak ditemukan pada ibadah yang lain, yaitu pengaitannya kepada Allah Swt. Yang telah berfirman dalam sebuah hadits qudsi,
“Puasa itu bagiku dan aku memberi balasan dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pengaitan ini sudah cukup sebagai bukti tentang kemuliaan puasa sebagaimana kemuliaan Baitullah (Ka’bah) yang juga dikaitkan kepada Allah sebagaimana firman-Nya,
“Dan sucikanlah Rumah-Ku.” (QS. Al Hajj:26)
Kewajiban menjalankan puasa Ramadan tertulis dalam kitab suci Al quran surah Al Baqarah dalam tiga ayat yang tertulis berurutan. Yaitu pada surah Al Baqarah ayat 183, 184, 185, dan ayat 187.
Pada ayat 183 surah Al Baqarah, Allah SWT mewajibkan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya untuk menjalankan puasa Ramadan.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Pada ayat 184 surah Al Baqarah, Allah SWT menjelaskan bagaimana kewajiban puasa Ramadan ini bisa ditangguhkan bagi orang yang sakit. Namun orang itu diwajibkan menggantinya di hari lain.
“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 184)
Berpuasa itu memiliki keutamaan tersendiri. Kelebihannya dapat kita lihat dalam dua makna berikut,
Keutamaan Pertama
Dikatakan sebagai keutamaan karena puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat orang lain sehingga tidak mudah disusupi riya.
Keutamaan Kedua
Berpuasa sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah karena sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka setan bisa bebas berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Jika syahwat ditinggalkan maka jalan ke sana juga menjadi sempit.