Inggris – Muslim Inggris menyatakan kekecewaannya atas keputusan pemerintah Saudi yang memangkas kuota Inggris menjadi hanya 3.600, turun dari angka 25.000 sebelum pandemi. Padahal mereka sudah menunggu tiga tahun untuk melakukan ibadah haji pembatasan Covid-19.
Daftar kuota baru, hal yang sama dialami oleh negara mayoritas Muslim, diumumkan lewat sistem baru yang diperkenalkan oleh Kementerian Haji dan Umrah. Keputusan itu bisa saja membuat umat Islam Inggris harus melakukan penantian selama 10 tahun untuk melakukan perjalanan seumur hidup.
Kekhawatiran seputar kuota terungkap setelah Kementerian Haji dan Umrah meluncurkan sistem pemesanan baru yang dikenal sebagai Nusuk, menggantikan sistem lama yang mengizinkan agen perjalanan lokal untuk menyelenggarakan perjalanan haji bagi jemaah dari barat.
Ketika beberapa Muslim Inggris mencoba menggunakan sistem untuk memesan paket haji, mereka tidak dapat melakukannya karena keluar pesan yang menyatakan “kapasitas negara sudah penuh” untuk Inggris.
“Tahun-tahun sebelumnya kuota jemaah haji dari Inggris hampir 25.000 orang. Tahun ini melalui platform Nusuk baru sekitar 3.500 orang,” kata Shabana Qassim, dari Bradford, yang paketnya dibatalkan, kepada 5Pillars.
“Kami di Inggris diberi kemudahan untuk memiliki lebih banyak pendapatan, oleh karena itu, kewajiban menunaikan haji lebih signifikan bagi kami.”
Seorang pengguna Twitter juga menulis, “Tolong bisakah Anda mengembalikan kuota asli untuk Inggris. Lebih dari 40.000 bergabung dengan Nusuk dari Inggris namun hanya ada 3.600 tempat yang tersedia. Ini tidak adil, Anda berjanji angka akan kembali ke pra-covid (2019). Itu tidak terjadi di Inggris, situasinya jauh lebih buruk daripada tahun lalu.”
Merasa tidak puas, anggota All-Party Parliamentary Group (APPG) untuk Haji dan Umrah, yang diketuai oleh anggota parlemen dari Partai Buruh Yasmin Qureshi, mengadakan pertemuan darurat di parlemen untuk membahas situasi tersebut, dikutip dari Middle East Eye.
Itu terjadi setelah Qureshi dan lima anggota kelompok lainnya melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada Februari untuk bertemu dengan pejabat di Kementerian Haji dan Umrah, termasuk Wakil Menteri Abdulfattah bin Sulaiman Mashat.
Delegasi mendesak kementerian untuk mempertimbangkan kembali keputusannya karena, kata mereka, Inggris telah memenuhi dan melampaui kuota haji.
“Pengurangan itu akan berdampak buruk bagi umat Islam yang ingin melakukan haji dari Inggris karena mereka bisa menunggu antara lima dan 10 tahun. Kekhawatiran juga muncul atas mekanisme untuk memantau dan mencatat aplikasi haji dan [proses] untuk membuat adil bagi orang untuk pergi haji,” begitu bunyi kesepakatan dalam pertemuan itu.
Rashid Mogradia, kepala eksekutif Dewan Haji Inggris, sebuah organisasi yang berfungsi sebagai sekretariat APPG, mengatakan: “Yasmin Qureshi akan bertemu dengan otoritas Saudi untuk mengangkat masalah yang dihadapi oleh Muslim Inggris dengan platform pemesanan baru dan untuk mengeksplorasi gagasan untuk memperluas dan memulihkan kuota seperti sebelum pandemi untuk memenuhi permintaan.”
Awal tahun ini, Menteri Haji & Umrah Saudi mengumumkan bahwa haji tahunan akan kembali seperti sebelum pandemi setelah menghapus pembatasan COVID-19.
Pada 2019, lebih dari 2,4 juta orang mengikuti haji. Namun, pada tahun 2020, di tengah lockdown karena virus corona, Kerajaan secara drastis membatasi ibadah haji dengan sedikitnya 1.000 penduduk Arab Saudi diizinkan untuk berhaji.
Pada 2021, jumlahnya meningkat menjadi 60.000 penduduk Arab Saudi, dan tahun lalu, hampir 900.000 jamaah menunaikan ibadah haji.