Bermedia.id – Dalam hidup kita menginginkan kehidupan yang nyaman, aman dan terpenuhi segala kebutuhan. Bagaimana semua keinginan kita itu dapat terpenuhi?
Ada dua cara untuk menjalani hidup:
1. Kita bisa hidup dengan pengeluaran yang lebih sedikit dari yang kita hasilkan.
2. Atau kita bisa hidup dengan pengeluaran yang lebih banyak daripada penghasilan kita.
Ada juga yang berargumentasi bahwa ada cara ketiga, yaitu belanjakan jumlah yang sama persis dengan jumlah yang kita hasilkan. Mungkin cara ketiga ada benarnya. Namun keadaan darurat yang tidak terduga selalu terjadi dan kita tidak ada dana yang bisa kita gunakan saat hal yang tidak terduga itu terjadi.
Kita mungkin bisa bertahan dengan pembelanjaan persis sama dengan pengeluaran. Namun itu tidak bertahan hingga keadaan darurat finansial berikutnya berdatangan. Pada akhirnya kita akan berpindah menjadi kelompok kedua.
Tampaknya, jika dilihat dari pilihannya, kebanyakan orang akan memilih yang pertama. Stres karena terus-menerus hidup dalam utang, terus-menerus tersandera masa lalu, bahkan hidup dengan rasa takut atau panik adalah cara hidup yang tidak diinginkan oleh siapa pun.
Menghabiskan sedikit di bawah dari yang kita hasilkan adalah pilihan yang dipilih secara rasional oleh masyarakat. Namun kebanyakan dari kita tidak melakukannya.
Faktanya, di Amerika saja sekitar 60% masyarakatnya membelanjakan lebih banyak daripada yang dihasilkan. Berikut statistiknya: 60% orang Amerika tidak mampu membayar biaya darurat sebesar $1.000. 77% orang Amerika melaporkan merasa cemas dengan situasi keuangan mereka.
Mengapa demikian? Mengapa kehidupan dengan sedikit stres dan sedikit kekhawatiran begitu sulit dicapai? Mengapa kebanyakan orang memilih untuk berbelanja?
Alasan pertama ya karena kita mempunyai kebutuhan yang setiap hari harus kita penuhi. Kebutuhan primer seperti makanan, pakaian yang layak dan rumah yang nyaman.
Makanan perlu dibeli. Pakaian dan rumah perlu kita rawat. Keluarlah rincian anggaran yang paling tidak bisa kita siapkan setiap bulannya, seperti biaya listtik, air, gas, belanja makanan, dan peralatan perawatan rumah. Satu anggaran yang tidak bisa kita lewatkan adalah biaya pendidikan anak. Oh ya, satu lagi uang bensin. Bensin atau ongkos kendaraan umum juga penting kan.
Sepertinya tidak adil jika kita tidak dapat bersenang-senang setelah lelah bekerja mencari uang. So, kita sisihkan uang untuk jajan bersama keluarga.
Semua pengeluaran yang disesuaikan dengan pendapatan akan membuat kehidupan kita baik-baik saja. Yang membuat over budget jika kita iseng-iseng buka media sosial melihat program Super Sale. Kita diarahkan menuju marketplace dengan sekian juta barang yang sedang di sale dalam jangka waktu terbatas.
Jangka waktu terbatas ini yang sering kali menciptakan getaran di dalam hati. Setelah menimbang-nimbang, hati kecil kita mengatakan sangat sayang jika dilewatkan. “Aduh, skincare bagus begini diskon 35% kan jarang.”
Akhirnya barang yang sebenarnya nggak penting-penting amat masuk keranjang lalu kita menekan tombol checkout.
Kita perlu menyadari bahwa kemungkinan besar alasan mengapa kita memilih untuk hidup melebihi pendapatan adalah karena pesan marketing (iklan) terus-menerus yang memberi tahu kita bahwa kita rugi jika tidak mengeluarkan lebih banyak uang untuk belanja.
Sayangnya kita tidak dapat pergi ke mana pun dalam masyarakat yang beradab ini tanpa dibombardir dengan iklan-iklan yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan yang sedang kita jalani. Dan semua itu hanya bisa kita dapat jika kita merogoh kocek lebih dalam. Jika kocek kita tidak terlalu dalam, mereka sudah menyiapkan beragam skema pembayaran. “Anda bisa COD atau cicil.” Kita dimotivasi untuk berutang.
Ya, kita dijanjikan kehidupan yang lebih baik dengan menghabiskan lebih banyak uang di hampir setiap kesempatan. Janji tersebut tertanam begitu dalam di alam bawah sadar kita, sejak kita dilahirkan, sehingga kita secara halus dan tidak sengaja terjatuh ke dalam perangkap tersebut.
Meningkatnya pendapatan pun tidak menghilangkan keinginan tersebut. Tawaran untuk kehidupan yang lebih baik hanya tumbuh seiring dengan bertambahnya pendapatan kita. Kita diracuni dengan mobil yang lebih bagus, rumah yang lebih besar, makanan yang lebih mewah, liburan yang lebih mewah. Godaan untuk mengeluarkan uang terlalu banyak tidak pernah berakhir.
Janji akan kehidupan yang lebih baik selalu berada di luar pendapatan kita saat ini. Jadi kita mengejarnya, tanpa henti. Kita terjebak dengan prilaku selalu membelanjakan sedikit lebih banyak dari dana yang kita punya. Padahal lebih baik hidup sederhana sesuai anggaran daripada hidup mewah berkubang utang.
Sebenarnya hidup sesuai kemampuan menghasilkan kepuasan diri yang tidak dapat dibeli di department store manapun. Hal ini menghasilkan ketenangan di penghujung hari yang tidak pernah bisa dialami meski di hotel termewah sekalipun. Ini menghasilkan rasa percaya diri yang tulus yang tidak pernah bisa dibeli di rak pakaian.
Merasa cukup dengan apa yang kita punya dan kita upayakan menghasilkan rasa lega. Iklan pakaian akan selalu berseliweran di beranda media sosial kita tapi jika kita berpikir bahwa pakaian yg sudah ada di lemari bahkan tidak kita pakai setiap hari. Bahkan ada yang baru sekali dan ada juga yang belum pernah dipakai. Kita akan mengurungkan niat belanja.
Tidak perlu tergiur dengan harga yang murah. Kembali pada prinsip, apakah barang ini kita butuhkan? Banyak barang yang kita beli malah menjadi sampah di rumah. Mau dibuang sayang karena baru dibeli.
Mengukur tingkat kebutuhan menjadi penting untuk menentukan prioritas, kebutuhan apa yang mendesak, tidak terlalu mendesak, atau bahkan sama sekali tidak penting. Dasar pertimbangan ini yang akan menentukan kebiasaan belanja kita.
Menjalani kehidupan sederhana menghasilkan kenikmatan yang selalu ada dan tidak dapat ditiru dengan liburan mewah di kapal pesiar. Ini menghasilkan teladan bagi keluarga kita yang tidak akan pernah bisa didapat dengan kursus berbiaya rendah atau tinggi. Dan menghasilkan kehidupan yang bisa dijalani dengan lebih baik dan lebih sedikit penyesalan.
So, lebih baik hidup sederhana dengan pengeluaran lebih sedikit dari pendapatan kita daripada bergaya hidup mewah tapi boleh ngutang.