Crazy Over Rich: Menggila Kaya Merebut Status Sosial di Media

Crazy rich menggila kaya merebut status sosial di media
Crazy rich menggila kaya merebut status sosial di media

Bermedia.id – Rangkaian mobil towing yang mengangkut mobil mewah dan beberapa motor gede (biasa disebut moge, karena kemampuan mesin dan tampilan bodi besar juga) yang melintas beriringan di ruas jalan cukup menyita perhatian publik. Itu bukan dalam event otomotif semacam kreatifivitas display produk series terbaru. Ataupun sebuah kegiatan pawai yang biasanya untuk penyambutan, merayakan kemenangan dan memeriahkan event lainnya. Melainkan proses penyitaan asset kekayaan seorang afiliator binary option, sebuah aplikasi money games dan bisa membuat seseorang mendadak masuk kelompok Crazy Rich People.

Mereka memang sedang menjadi sorotan dan untuk beberapa orang sedang menjalani proses dengan tuduhan menjalankan money games berdalih trading dinilai bentuk judi online yang merugikan banyak korban secara material.

Crazy Rich, Bukan “Richie Rich”

Pelabelan Crazy Rich ini popular seiring rilisnya film Hollywood “Crazy Rich Asians” (2018) sebuah drama komedi romantis yang diambil dari sebuah novel berjudul sama karya Kevin Kwan yang terbit pada 2013. Film Box Office 2018 dengan pendapatan USD 238.5 juta ini berkisah hubungan pasangan Nick dan Rachel yang berbeda latar belakang mereka yang tidak direstui keluarga Nick yang konglomerat. Sementara Rachel orang biasa.

Fenomena Crazy Rich kemudian digunakan untuk melabelkan sosok seseorang yang memiliki finansial cukup mapan dan life style berbagai hal glamour. Seperti, memiliki mobil mewah, jet pribadi, dan simbol-simbol kehidupan kelas menengah atas lain yang menjadikan dirinya berada di lapis teratas (elite) dalam struktur piramida sosial-ekonomi masyarakat.

Biasanya, akan ada pelabelan yang merujuk ke wilayah tertentu seperti Crazy Rich Surabaya, Crazy Rich Medan, dan wilayah lainnya yang menujukkan domisili atau lokasi domisili dan aktivitasnya.

Julukan Crazy Rich ini kemudian dinaturalisasi dengan istilah lokal dengan sebutan ‘Sultan’ tetap dengan menunjukkan lokasi wilayah seperti Sultan Andara, Sultan Bintaro, dan sebagainya. Tetap menunjukkan label sebagai bagian kelas tertentu dengan kemampuan finansial dan status sosial yang diakui mumpuni ‘bukan kaleng-kaleng’.

Pos terkait