Citayam Fashion Week dan Perlawanan terhadap Narasi Besar

Citayam Fashion Week dan Perlawanan terhadap Narasi Besar
Kegiatan masyarakat di area yang disebut CItayem Fashion Week.

Pada 1954, Lyotard menerbitkan buku pertama berjudul La Phenomenologi yang merupakan pengantar dalam memahami fenomenologi Husserl. Dua belas tahun kemudian, 1966, ia resmi menyatakan keluar dari Marxis, pandangan yang dominan saat itu di Perancis dan Eropa. Lyotard kecewa dengan kegagalan gerakan Marxis untuk membangun masyarakat sosialis yang adil (sebuah narasi besar) sebagaimana digembar-gemborkan. Sebaliknya, di berbagai kawasan dunia, Marxisme berusaha menciptakan masyarakat yang homogen dan hanya dapat diwujudkan dengan cara kekerasan dan pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Produk fesyen global telah menjual dan medesakkan gaya hidup modern sebagai komoditas utama. Citra kecantikan dan keindahan diidentikkan dengan kemewahan dan merek terkenal. Sedangkan kesederhanaan dan kebersahajaan dipandang sebagai ketinggalan zaman. Status sosial dan martabat individu diukur dengan kepemilikan barang-barang bermerek (branded items) dan kesesuaian dengan gaya nyentrik, mulai dari rambut kepala hingga tumit kaki. Semua dirawat dengan biaya khusus dan penuh teror melalui iklan media yang sangat massif, termasuk tampilan publik figur-figur popular. Bila penghasilan tidak memadai untuk membiayai gaya hidup mewah, maka disediakan fasilitas pinjaman uang dengan cara sangat mudah. Pengendalian gaya hidup menjadi sarana dominasi finansial dan ekonomi.

Buku Lyotard yang menjadi dasar kritiknya terhadap modernisme adalah The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979). Kritik itu masih relevan hingga sekarang, ketika generasi millennial dan Gen Z lahir. Posisi  pengetahuan di era teknologi internet tak lepas dari legitimasi metanarasi, seperti  kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum tertindas dan persamaan kedudukan. Narasi-narasi besar itu mengalami nasib yang sama dengan narasi-narasi sebelumnya. Seperti nasionalisme dan eksistensi negara-bangsa, demokrasi dan kesejahteraan, keunggulan Barat dan ras manusia.

Sistem Stabil

Berdasar kerangka berpikir Lyotard, kita mengaktifkan ilmu pengetahuan dengan menghidupkan perbedaan, mengambil keputusan-keputusan independen, dan keterbukaan pada tafsiran-tafsiran baru. Lyotard tidak percaya bahwa ilmu pengetahuan dapat diwadahi oleh suatu badan pemersatu yang berupa sistem stabil. Menurutnya, ilmu pengetahuan tumbuh sebagai sistem organik, dalam arti tidak homogen apalagi tertutup pada eksperimentasi dan permainan berbagai kemungkinan wacana. Tatkala Menparekraf Sandiaga Uno menawarkan beasiswa kepada aktivis SCBD, spontan Roy Citayam menolaknya dan memilih jalan sebagai content creator. Mungkin strategi komunikasi Mas Menteri terlalu liniear atau sosok Roy memang naif, namun tak ada seorang pun yang bisa melarang untuk mengajukan inisiatif atau menolaknya mentah-mentah.

Pos terkait