Citayam Fashion Week dan Perlawanan terhadap Narasi Besar

Citayam Fashion Week dan Perlawanan terhadap Narasi Besar
Kegiatan masyarakat di area yang disebut CItayem Fashion Week.

Tak hanya selebritis yang penasaran dengan fenomena CFW, sampai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengajak Duta Besar Uni Eropa dan para bankir mancanegara untuk bergaya di lokasi viral dan recehan itu, usai melakukan rapat di kantor MRT. Pose mereka mengingatkan kita pada group band The Beatles (1969) yang sedang menyeberang jalan di Abbey Road, London.

Eksistensi CFW pantas dicatat, setelah sebelumnya kita menyaksikan sejumlah artis, selebritis dan pengusaha Indonesia bikin geger dengan klaim telah berpartisipasi dalam Paris Fashion Show (PFS). PFS ini berbeda dengan PFW, walaupun waktu dan lokasi berdekatan. PFW merupakan salah satu ajang fesyen paling top sedunia, sementara PFS adalah ajang sampingan yang mendompleng ketenaran PFW. Banyak peserta rela mengeluarkan dana besar untuk membeli gengsi dan berpartisipasi di event wisata yang turut didukung oleh Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (binaan Kemenparekraf). Tak hanya produk fesyen, brand kosmetika dan ayam geprek ikut terlibat. Hal itu menunjukkan betapa merasuknya narasi tentang modernisme yang glamour dan mahal. Tak semua orang bisa bisa menjangkaunya.

Narasi Besar

Salah seorang pengkritik keras modernisme adalah Jean Francois Lyotard (1924-1998), yang menolak Grand Narrative (narasi besar) sebagai legitimasi untuk menyatukan, universal, dan total. Padahal, faktanya perkembangan pengetahuan bergeser dari teori besar (grand theory) menuju teori yang spesifik, dari sessuatu yang universal menuju ke sesuatu yang bersifat lokal, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang beragam. Lyotard merindukan masyarakat pramodern yang sangat menekankan nilai penting mini atau mikro narasi, berupa mitos, fenomena gaib, kebijaksanaan rakyat, atau kearifan lokal. Narasi besar biasanya berpangkal dari pemodal besar atau penguasa, mereka yang memegang otoritas dan mendominasi pasar, sementara narasi kecil diasosiasikan dengan kreativitas lokal.

Pos terkait