Buku Bajakan

Rubrik Literasi
Tumpukan buku di toko tradisional. (Dok: ublik.com)

Tak mudah memang mengurus organisasi profesi saat pandemi. Apalagi profesi ini berkaitan dengan dunia penerbitan buku. Dunia yang katanya selain menghadapi hantaman Covid-19, yang banyak mengubah lanskap bisnisnya, juga sangat terdistruptif dengan teknologi dan direcoki oleh pembajakan buku yang makin masif dan menggila.

Tidak beroperasinya toko buku luring secara optimal, terhentinya pameran buku dan terganggunya jalur-jalur distribusi konversional jelas-jelas tantangan yang menghantam para penerbit saat pandemi. Akibatnya, omzet penjualan buku turun sangat drastis. Omzet dari jalur ini paling tinggi hanya berkisar 40%. Berbagai penerbit harus me-reset perusahaanya supaya adaptif dengan kondisi yang ada.

Bacaan Lainnya

Para penerbit pun perlu didorong untuk melakukan berbagai langkah-langkah yang kreatif dan berinovasi menyiasatinya. Dan mengoptimalkan jalur marketing daring adalah salah satu solusi yang bisa diambil.

Upaya IKAPI

Ikapi Jakarta sebagai payung bagi para penerbit di Jakarta harus berupaya mengambil inisiatif. Kegiatan “Ngopi Jaya” misalnya dilakukan untuk terus menyalakan semangat berusaha. Menyalakan pelita penerbitan supaya tetap menyala. Lewat kegiatan ini pelaku penerbitan diajak berdialog dan mencari solusi.

Kegiatan “Jakarta Book fair Online” yang bekerjasama dengan Shopee juga “Indonesia Family Book Fiesta” dan “Festival Buku Islam” bekerjasama dengan Tokopedia adalah gagasan yang mulai terwujud. Inilah alternatif yang bisa diambil supaya para penerbit mampu menyiasati pandemi dan distruptif teknologi ini dengan lincah.

Memang tak mudah, tapi inilah alternatif yang perlu dilakukan. Inilah pemantik untuk mengoptimalkan jalur pemasaran daring.

Namun, saat pelita mulai dinyalakan hantaman angin sangat keras. Dan itu berwujud pembajakan buku yang marak dimana-mana dan dalam berbagai wujud. Di lapak-lapak penjulan buku konvensional, buku bajakan gampang didapatkan.

Di marketplace dan jalur distribusi daring tak kurang ganasnya. Buku cetak yang dibajak dijual secara terbuka. Begitu lagi versi pdf yang beredar di jalur digital. Ini butuh kerja bersama. Bukan hanya persoalan Ikapi Jakarta, tetapi persoalan perbukuan secara umum yang sangat merusak ekosistem perbukuan.

Pembajakan Musuh Bersama

Penulis, penerbit, toko buku, Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan harus menjadikan pembajakan ini sebagai musuh bersama. Musuh yang harus diberangun sampai ke akar-akarnya. Sebab, pembajakan buku bukan melulu pelanggaran hukum tetapi persoalan mati hidupnya dunia perbukuan Indonesia. Bukan hanya mematikan dunia penerbitan buku tetapi melumpuhkan arterpak peradaban bangsa.

Mustahil akan lahir masyarakat yang melek literasi tanpa bahan bacaan yang baik. Dan Alhamdulilah mendapat dukungan dari Pak Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno dan Pak Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria untuk melawan pembajakan buku. Dan ini akan menjadi pemantik dan suluh bagi Pengurus Ikapi DKI Jakarta masa bakti 2021-2016 untuk bergerak dan berupaya seoptimal mungkin melawan pembajakan buku. Kalau ada yang asli, ngapain nyari yang palsu. Stop beli buku bajakan.

Salam sehat. Salam literasi.

Pos terkait