Orang-orang seperti saya, yang lebih banyak bekerja dalam diam, yang bekerja di dunia perbukuan, sangat rawan diberi lebel babi ngepet. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, saat aktifitas bekerja banyak dilakukan di rumah. Saat pekerjaan dilakukan di depan laptop, lewat smartphone, koneksi internet dan pertemuan atau rapat via zoom dan google meet.
Dan saya pikir inilah bentuk nyata dari revolusi industri 4.0. Industri yang memungkinkan orang-orang terkoneksi lewat kemudahan teknologi komunikasi, digitalisasi, internet of thing, big data, kecerdasan buatan atau segala tetek-bengek aplikasi. Inilah yang memungkinkan orang-orang bekerja dimana pun, tanpa tersekat oleh ruangan kantor yang formal. Kantor bisa dimana saja dan bekerja jadinya tak mengenal tempat.
Dunia Penerbitan
Di dunia perbukuan misalnya, para penulis bisa menulis dimana saja. Dan kalau pun mau ngobrol sama editor tak harus ketemu secara fisik. Editor pun bisa melakukan pekerjaan mengakuisisi naskah, merancang konsep buku, melakukan editing, merancang perwajahan buku atau pekerjaan redaksi lainnya bisa dilakukan tanpa meninggalkan rumah. Begitu juga dengan designer buku, setter, layouter atau bahkan petugas administratif keredaksian.
Pola distribusi dan marketing buku pun sebagian telah dilakukan secara daring. Munculnya marketplace dan berbagai platform penjualan daring membuka akses itu. Dan itu terbukti saat pandemi. Saat Ikapi Jakarta melakukan Jakarta Book Fair online, baru ada 20 penerbit yang sudah membuka toko di Shopee dan kini sudah ada ratusan penerbit yang memanfaatkan penjualan online.
Bekerja dalam Diam
Jadi, walaupun konsep babi ngepet lahir dari budaya masyarakat pra-industri, saat bekerja artinya beraktivitas di luar rumah, sejatinya ini konsep yang realistis sekarang ini. Saya percaya masih ada puluhan pekerjaan lainnya yang bisa dilakukan di rumah. Dan itu menghasilkan cuan yang sangat lumayan.
Mungkin benar nasihat seorang teman, “Bekerja keraslah dalam diam, hingga orang lain mengira kamu pakai pesugihan.” Dan inilah joke revolusi industri 4.0.
Salam sehat. Tabik.