Bermedia.id – Asosiasi Profesi Produktivitas Indonesia (Approdi) menggelar silaturahmi untuk sinergi dengan para pengurus dalam peningkatan produktivitas di Indonesia, di Gedung BBPP, Bekasi, Jumat (17/6/2022)
Dalam acara tersebut turut hadir sebagai pembicara, Ketua Umum Approdi; Ir. Sanggam Purba, MM; Ketua Dewan Pembina Approdi; Prof Bomer Pasaribu; Ketua Dewan Pakar Approdi; DR. Moedjiman; Ketua Dewan Pengawas Approdi; DRA. Yunami Roaidah S.Sos.
Dalam silaturahmi tersebut juga dilaksanakan penandatangan MoU antara Approdi dengan Universitas Respati dalam hal ini diwakili oleh Rektor, Tri Budi W. Rahardjo
“Suatu kehormatan mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Approdi dan penandatangan ini di satu sisi suatu kehormatan di sisi lain suatu tantangan,” ucap Tri.
“Universitas Respati hanyalah universitas kecil dari 4.000 universitas dan perguruan tinggi di Indonesia jadi harapan kami bisa belajar dan juga ada kerjasama dengan Dirjen Riset dan Pendidikan,” sambungnya
Ketua Umum Approdi, Sanggam purba mengatakan silaturahmi ini sebetulnya dalam rangka mempererat hubungan yang sudah terjalin.
“Kita selalu bertemu di WA tapi tidak bisa melihat secara langsung, bagaimana Approdi bisa kita bawa kedepan sesuai dengan harapan bersama,” ucap Sanggam.
Mengenai kerjasama, lanjut dikatakan Sanggam, penandatangan ini akan menjadi awal dari kerjasama yang sangat penting, dimana kita menyadari akademisi merupakan pilar yang sangat penting bagi kreatifitas.
Dalam paparannya, Bomar Pasaribu sebagai Ketua Pembina Approdi menjelaskan beberapa problem yang dihadapi saat ini dan juga apa yang harus dilakukan Approdi.
“Dunia kerja mengalami perubahan mendasar di sisi lain, industri 5.0 sudah terjadi, dunia pendidikan, vokasi juga mengalami revolusi. Approdi diharapkan membangun ekosistem dan bertranformasi di dalam dunia kerja dan hubungan industrial,” ucapnya.
Bomar juga menyoroti bagaimana media massa juga sangat mempengaruhi sebagai contoh post truth society yang terjadi di Eropa, sedangkan di Asia yang terbaik sebagai penangkal kebohongan ada di Jepang.
Di tempat yang sama, DR. Moedjiman menjelaskan bahwa Approdi sebagai fokus utamanya ada 4 komponen yang harus dipenuhi.
Pertama, Approdi harus bisa membranding dirinya dengan baik, harus dikenal keberadaannya oleh masyarakat. Oleh karena itu kegiatan sosialisasi bisa mengenalkan apa itu Approdi.
Kedua, Approdi harus dikenal sebagai lembaga tangible. Kepengurusannya harus profesional.
“Ketiga, Approdi harus ada sarana dan prasarana yang memadai, dan keempat, Approdi perlu membangun sistem komunikasi,” ujarnya sebagai Ketua Dewan Pakar.
Menambahkan dari yang sudah ada, Approdi sebagai mitra kerja Pemerintah diharapkan mengakselerasi Gerakan Nasional Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing (GNP2DS).
Tidak hanya dunia kerja saja akan tetapi untuk Pemerintah, dunia kerja, dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya, kesemuanya harus dijangkau oleh Approdi menjadi satu kesatuan.
“Saya yakin Approdi akan mampu menangkap peluang dalam meningkatkan produktivitas, karena di dalamnya ada para ahli, ada milenial, akademisi, pembina usaha, dan Approdi entunya akan mampu bekerjasama dengan mitra yang lainnya,” ucap Yunani Roaidah.
“Approdi bisa jadi pusat konsultasi, Approdi harus ikut berkontribusi baik assesor maupun auditor, Approdi bisa jadi pusat pengembangan dan penelitian dalam rangka memberi solusi di bidang produktifitas. Kami mengharapkan Approdi menjadi center of excellence, development dan empowerment,” tutup Yunani.