Karat

Rantai karat
Rantai Karat (Dok: sepeda.me)

Sebuah perusahaan peralatan outdoor menjadi bahan perbincangan di pekan ini. Logika sosial media dan logika etika, direspon dengan logika legal formal. Dan ini tercermin dari bahasa surat yang dipakai mulai dari staf, manajer, sampai sang CEO. Akibatnya, perusahaan itu menjadi “sasaran” dari pengguna sosial media, mulai dari yang serius sampai yang lucu-lucuan.

Dari kacamata saya sebagai pelaku usaha, apa yang dilakukan perusahaan itu mencerminkan “perasaan berlebihan” dari para penggelolanya dalam posisi perusahaannya sebagai market leader peralatan outdoor di Indonesia.

Perasaan yang berbahaya bagi kelangsungan usaha, karena “merasa dirinya hebat, besar, dan kuat”. Perasaan yang jika dibiarkan akan meninabobokan, sehingga kurang peka pada konsumen, atau pemangku kepentingan lain, termasuk para youtuber.

Mungkin benar kata sebuah pepatah, “Tak ada yang dapat menghancurkan besi, kecuali karat dari besi itu sendiri.”

Artinya, tak ada yang bisa menghancurkan perusahaan lebih dahsyat dari sebuah mindset yang salah yang dimilki para pengelola perusahaan itu. Jika tak ada kesadaran dan upaya yang serius dalam membersihkan karat itu, mungkin perusahaan outdoor itu cepat atau lambat akan menjadi sejarah.

Ingatlah bahwa perusahaan itu seperti rantai sepeda: kekuatan sebenarnya bukan terletak pada bagian yang paling kuat, tetapi justru pada bagian rantai yang paling lemah.

Lupa merawatnya akan menjadi malapetaka di tengah jalan. Laju sepeda pun bisa terhenti. Dan bisa jadi putusnya rantai sepeda itu disebabkan karat yang diabaikan. Salam.

Pos terkait