Harga Makanan di Warteg Naik ya Gaes

Harga makanan di warteg naik
Harga makanan di warteg naik. (Dok: GoBiz)

Bermedia.id – Menyusul kenaikan harga minyak goreng, baik curah maupun kemasan, pengusaha warteg ambil kebijakan menaikan harga makanan. Kenaikan harga makanan bervariasi mulai dari 10 hingga 20 persen.

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni, menyebutkan pengusaha warteg terpaksa menaikan harga agar tetap dapat bertahan. Sebab kenaikan harga minyak goreng yang hingga 100 persen itu membuat biaya produksi naik drastis. Karena hampir semua makanan di warteg harus dimasak menggunakan minyak. Jadi kalau harga minyak naik maka biaya produksi setiap makanan juga naik.

Bacaan Lainnya

Mukroni menyebut banyak anggota Kowantara yang mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng ini. Ia berharap pemerintah dapat mengatur harga minyak agar usaha warteg tetap bertahan. Sebab kalau harga minya terus naik Mukroni khawatir banyak pengusaha yang gulung tikar. “Karena kalau kita jualan harganya mahal juga siapa yang mau beli,” jelas Mukroni.

Selain menaikan harga makanan, beberapa warteg juga mulai menyesuaikan ukuran makanan. Penyesuaian ukuran ini juga bertujuan untuk menyiasati tingginya harga produksi. Pedagang berharap pelanggannya bisa maklum dengan perubahan ini.

Mendag Cabut HET

Sebelumnya diberitakan bahwa Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng. Dengan pencabutan kebijakan ini maka harga minyak goreng curah menjadi Rp. 14.000 perliter sedangkan harga minyak goreng kemasan mengikuti mekanisme pasar. Banyak kalangan menyesalkan keputusan pemerintah ini. Sebab akibat pencabutan kebijakan HET ini harga minyak di pasaran melonjak hingga 100 persen.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, minta pemerintah tidak lepas tangan. Pemerintah harusnya ikut membuat kebijakan yang adil.

Mulyanto menyebut sebagai negara dengan lahan sawit terluas di dunia, Indonesia harusnya mendapat berkah dengan lonjakan harga sawit internasional. Bukan malah mendatangkan musibah.

Kelangkaan dan kemahalan minyak goreng di Indonesia diduga akibat terlalu banyak crude palm oil (CPO) yang diekspor keluar negeri. Akibatnya pasokan CPO untuk produksi minyak goreng terganggu. Karena pihak eksportis sawit tergiur dengan harga jual sawit internasional.  Namun dampaknya kondisi industri minyak goreng menjadi terganggu. Ujung-ujungnya minyak langka dan mahal.

Pos terkait