Bermedia.id – Menyusul terjadinya kebakaran kilang minyak Pertamina RU (refinary unit) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (4/3/2022), anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto minta pemerintah melakukan evaluasi kebijakan perkilangan. Menurutnya hal ini penting agar kecelakaan serupa tidak terulang di masa depan.
“Pemerintah harus dapat memastikan operator migas menjalankan kebijakan kilang ini secara benar. Kita tidak bisa menyerahkan ‘cek kosong’ kepada operator migas begitu saja. Karena terbukti dalam satu tahun terakhir ini sudah ada 4 kejadian kebakaran kilang BBM. Dan dua kali terjadi di tempat yang sama (Kilang Cilacap),” tegas Mulyanto.
Mulyanto menyebutkan dalam waktu hampir 25 tahun sejak pengoperasian RU (Refinery Unit) VII Kasim di Papua pada tahun 1997, praktis Indonesia tidak membangun kilang baru. Karena itu pembenahan ini bukan sekedar untuk menjaga kemampuan kilang tapi untuk penjagaan asset strategis nasional terkait ketahanan energi nasional.
Impor migas
Mulyanto mengutip data BPS tahun 2021 yang menunjukkan bahwa impor migas menyebabkan defisit transaksi berjalan sektor migas sebesar USD 13 milyar.
Dengan meletusnya Perang Rusia-Ukraina, harga migas terus melonjak menembus angka USD 140 per barel. Mulyanto memperkirakan kejadian ini akan menekan defisit transaksi berjalan.
“Karenanya, kita tidak ingin kasus kebakaran kilang yang terjadi akhir-akhir ini menjadi modus pembenaran impor BBM. Dengan begitu kita sama saja membiarkan defisit transaksi berjalan sektor migas terus membengkak. Ini sangat membahayakan ketahanan energi nasional kita. Untuk itu, Pemerintah harus serius menangani pengelolaan kilang minyak ini. Dengan melonjaknya harga migas dunia, Pemerintah tidak boleh kalah dari mafia impor migas,” tegas Mulyanto.
Impor BBM
Untuk diketahui kilang RU V Balikpapan dibangun tepat seratus tahun lalu, yakni tahun 1922 dengan kapasitas 266.000 bph (barel per hari) atau sebesar 30% dari total produksi kilang pertamina. Ini adalah kilang terbesar ketiga setelah Kilang Cepu dan Kilang RU IV Cilacap.
Hari ini dengan total 6 buah kilang yang ada, Pertamina mampu menghasilkan BBM sebanyak 850 – 950 ribu bph. Dengan kebutuhan BBM yang sebesar 1.6 juta barel, maka praktis kekurangannya sebesar 800 ribu bph dipenuhi dari impor.