Bermedia.id – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin, Ak. mendesak Menteri Perdagangan membenahi sistem logistik perdagangan daging sapi, baik daging impor maupun daging sapi lokal.
Amin khawatir harga daging akan terus melambung memasuki Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri nanti, dimana saat ini saja sudah mencapai Rp145 ribu per kg.
“Harga melonjak karena melambungnya biaya logistik penyimpanan daging impor. Jika dibiarkan, kondisi tersebut kian memperbesar inflasi. Kasihan rakyat apalagi kita akan segera memasuki bulan suci Ramadhan,” kata Amin.
Peningkatan biaya
Amin menenggarai penyebab kenaikan harga karena peningkatan biaya logistik penyimpanan. Menurunnya permintaan selama pandemi COVID-19 berdampak pada menumpuknya stok daging impor.
“Dengan pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial dan juga merosotnya daya beli masyarakat menyebabkan penurunan permintaan,” ucap politikus PKS itu.
Merujuk pada penjelasan Asosiasi Importir Daging, Amin menyebut, perubahan sistem integrasi seluruh layanan bea cukai ikut menaikkan biaya logistik penyimpanan karena proses di bea cukai menjadi lebih lama.
Biasanya hanya 2 hari sampai 3 hari menjadi 12 hari. Hal tersebut membuat biaya penyimpanan ikut terkerek dari sekitar Rp12 juta, menjadi Rp100 juta.
“Saya melihat adanya kenaikan harga di pasar internasional karena terganggunya sistem produksi global selama pandemi. Akibatnya harga pun mengalami kenaikan,” ungkapnya.
Manajemen logistik
Amin pun mendesak Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatasi lonjakan dengan membenahi manajemen logistik penyimpanan.
“Saya minta Mendag berkolaborasi antardepartemen dan stake holder agar dapat menyediakan tempat penyimpanan dan menekan biaya. Termasuk turut membehani sistem logistik pengangkutan atau distribusi bahan pangan guna menekan harga di tingkat konsumen,” tegasnya.
Rantai distribusi
Hasil kajian berbagai lembaga menunjukkan, rantai distribusi daging sapi lokal harus melewati tujuh hingga sembilan tahapan sebelum sampai di tangan konsumen. Akibatnya biaya distribusi sangat tinggi. “Idealnya sistem rantai pasok sejak dari peternak hingga ke tangan konsumen tidak lebih dari 3 tahapan sampai 4 tahapan saja,” pungkasnya.