Adab Muslim kepada Allah SWT

Adab Muslim kepada Allah SWT
Seorang bermunajat kepada Allah swt. (dok: Kompasiana.com)

Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak beradab dalam hidupnya maka kehidupannya dibenci.”

Bermedia.id – Dalam bahasa Arab, adab berasal dari kata addaba-yu’addibu-ta’dib, yang artinya terdidik. Terdidik untuk memahami mana yang baik dan buruk, terdidik untuk dapat membedakan mana yang perlu dan tidak perlu, serta terdidik untuk memahami mana yang pantas dan tidak pantas.

Bacaan Lainnya

Sementara secara istilah adab berarti sebagai sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku di suatu lingkungan masyarakat.

Orang beradab diartikan sebagai orang yang selalu menjaga kepantasan sebagaimana diatur oleh nilai dan norma. Sementara orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak paham, belum paham dan tidak mau mengikuti nilai dan norma dalam suatu masyarakat.

Dalam kitab Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qoyyim Rahimullah berkata, “Adab seseorang merupakan tanda kebahagiaan dan keberuntungannya. Sedangkan sedikitnya adab seseorang merupakan tanda kesengsaraan dan kebinasaannya. Oleh karena itu, tidaklah kebaikan di dunia dan di akhirat dapat diperoleh orang yang tidak beradab. Dan tidaklah seseorang itu terhalang dari kebaikan dunia dan akhirat apabila ia beradab,”

Lalu, bagaimana adab muslim kepada Allah swt?

Dalam beberapa ayat al-Quran dan hadits Rasulullah saw, terdapat beberapa penjelasan tentang adab seorang muslim kepada Allah swt. Di antaranya:

Iman kepada Allah swt

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.” (QS; An-Nisa, ayat 136).

Imam Ibnu Katsir menerangkan dalam kitab tafsirnya, ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengamalkan semua syariat iman dan cabang-cabangnya, rukun-rukunnya serta semua penyanggahnya.

Ibadah hanya kepada Allah

“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. (QS; Al-Ankabut, ayat 17).

Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS; Az-Zumar, ayat 11)

Mengingat, Mengagungkan dan Memuliakan Allah

Abu Ad-Darda meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidakkah aku akan memberitahumu tentang tindakan terbaikmu, yang paling murni di hadapan Tuhanmu, yang menaikkan peringkatmu ke posisi tertinggi, yang lebih baik bagimu daripada menghabiskan emas dan perak, lebih baik daripada bertemu musuhmu sehingga kau menyerang di leher mereka dan mereka menyerang Anda? ‘Mereka menjawab, ‘Ya, memang’, lalu Nabi bersabda, Itu adalah mengingat Allah.” (HR At-Tirmidzi)

Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Persamaan seseorang yang mengingat Tuhannya dan seseorang yang tidak mengingatnya adalah seperti orang hidup dan mati.” (HR Al-Bukhari)

Abu Hurairah juga melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa bersabda, ‘Subhan-Allahi wa bihamdih’ seratus kali ketika pagi, dosa-dosanya akan dilenyapkan bahkan jika mereka sama dengan luasnya buih di laut. (Al-Bukhari dan Muslim).

Mencintai Allah lebih dari lainnya

”Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS; At Taubah, ayat 24)

Bertawakal dan meminta hanya kepada Allah

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS; Ali Imran, ayat 159)

“Kalaulah kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan berikan kepada kalian rejeki seperti Allah memberikan rejeki kepada burung-burung. Burung diwaktu pagi meninggalkan sarangnya dalam keadaan tembolok, pulang diwaktu sore dalam keadaan temboloknya sudah penuh.” (HR. Tirmidzi)

Wallahu a’lam bishowab

Pos terkait